Kritikan bisa dianggap sebagai vitamin agar seseorang dapat memahami kesalahannya atau membuat orang tersebut menjadi lebih baik lagi. Namun dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita memberikan kritikan yang tidak membangun, melainkan menjatuhkan orang lain. Sebagaimana memberikan kritikan pada bentuk tubuh seseorang misalnya gendut, kurus atau kata-kata yang merupakan bentuk penghinaan kepada seseorang.
Memberikan tanggapan seperti yang disebutkan di atas seringkali membuat kita terjerumus ke dalam perlikau body shaming. Seringkali body shaming dikaitkan dengan perempuan yang memiliki bentuk tubuh tidak ideal, yang tentunya penyebab perilaku body shaming juga sangat beragam.
Pada buku psikologi kecantikan, dijelaskan beberapa penyebab body shaming, yaitu: (1) kontrol sosial yang dilakukan dengan kehadiran standar kecantikaan; (2) adanya anggapan perilaku tersebut sebagai suatu lelucon sehari-hari yang wajar; (3) adanya upaya menyamakan dan penyamarataan standar kecantikan pada orang lain juga; dan (4) Ketidaktahuan akan adanya dampak dari perilaku body shaming pada orang yang mengalaminya (Lestari & Kurniawati, 2020).
Untuk itu dalam pembahasan kali ini akan diuraikan apa itu body shaming?, pengertian body shaming menurut para ahli, jenis-jenis body shaming, aspek-aspek body shaming, bentuk-bentuk body shaming, serta dampak dari perilaku body shaming.
Gambar. Apa itu body shaming. Sumber. pixabay.com |
Apa Itu Body Shaming? dan Ciri-Cirinya
Body shaming adalah sebuah frasa dari gabungan dua kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu body (tubuh) dan shaming (memalukan) sehingga menghasilkan arti berupa mempermalukan tubuh (Cambridge dictionary, 2019). Artinya perilaku body shaming adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang pada tubuh orang lain sehingga membuat orang tersebut merasa malu.
Body shaming mengandung kritikan yang dilontarkan bukanlah kritik yang dapat membangun, tetapi kritik tersebut bermaksud untuk menjatuhkan orang lain, kritik ini juga dapat berarti mempermalukan seseorang melalui bentuk fisik yang dimiliki individu. Body shaming juga dapat berupa mengomentari diri sendiri sebagai bentuk dari kurangnya rasa syukur dan rendah diri (Surya A, 2019, p. 3).
Berdasarkan pengertian di atas maka perilaku body shaming tidak hanya tindakan seseorang yang dapat mempermalukan orang lain karena tidak memilki tubuh yang ideal, melainkan kita sendiri juga dapat melakukan perilaku body shaming. Body shaming merupakan fenomena yang seharusnya penting dan perlu menjadi perhatian utama, karena hal ini bagian dari perilaku pembulian secara verbal pada orang lain, (Lestari, 2017).
Seseorang dapat dikatakan sebagai korban perundungan (termasuk di dalamnya tindakan body shaming), yaitu ketika seseorang mendapatkan perilaku atau dalam hal ini komentar negatif secara berulang-ulang, dari waktu ke waktu baik dari satu atau banyak orang (Olweus, 2009).
Jika perilaku body shaming juga merupakan bentuk perundungan atau kekerasan secara verbal, sehingga ketika kita melakuakan tindakan body shaming pada orang lain atau pada diri kita sendiri, maka sama halnya telah melakuakan tindakan perundungan atau kekerasan pada orang lain atau pada diri kita sendiri.
Apa saja ciri-ciri perilaku body shaming? Chairani (2018) mengungkapkan beberapa ciri-ciri body shaming yaitu: (a). mengkritik penampilan sendiri, melalui penilaian atau perbandingan dengan orang lain; (b). mengkritik penampilan orang lain di depan mereka; dan (c) mengkritik penampilan orang lain tanpa sepengetahuan mereka (Chairani, 2018).
Body shaming juga bisa terjadi baik pada perempuan maupun laki-laki, dan dapat dilakukan secara langsung maupun melalui media sosial. Selain ciri-ciri body shaming yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat ciri-ciri perilaku body shaming yang diungkapkan juga oleh (Rachmah & Baharuddin, 2019) yaitu mengkritik dan membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain dan mengkritik penampilan orang lain dengan atau tanpa sepengetahuan orang tersebut.
Pengertian Body Shaming Menurut Para Ahli
Karena body shaming terus-menerus terjadi pada orang lain, hal itu mengakibatkan stres dan tekanan bagi korban karena lingkungan sekitar dianggap tidak dapat menerima bentuk dan kondisi tubuh yang dialaminya. ya dan percaya bahwa kondisi fisik korban tidak termasuk dalam ideal citra tubuh yang ada di masyarakat (Lstari, 2019, hlm. 60).
Penjelasan tentang body shame yang diberikan di atas dapat memberikan sedikit gambaran atau pengertian tentang body shame kepada kita. Namun, untuk melangkah lebih jauh, beberapa definisi body shaming akan diberikan oleh para ahli, khususnya sebagai berikut:
- Fredikson & Robert (1997) body shaming terjadi ketika seseorang merasa malu terhadap tubuhnya, tidak sesuai dengan standar ideal dan individu merasa malu. bahwa mereka belum memenuhi standar ideal, menyebabkan individu memiliki citra diri yang negatif.
- Roberts (2007) Penghinaan fisik terjadi ketika Anda ditolak secara sosial oleh orang lain, membuat diri Anda tertekan, yang menyebabkan keadaan emosional yang tertekan.
- Chaplin (2011) Body shaming adalah suatu bentuk tindakan yang melibatkan mengkritik atau mencela orang lain berdasarkan penampilan fisik, seperti bentuk dan ukuran tubuh orang lain.
- Gilbert (2007) menjelaskan bahwa rasa malu tubuh dapat dipahami sebagai sikap atau perilaku yang memperhatikan berat badan, ukuran tubuh, dan penampilan diri sendiri dan orang lain.
- Evans dalam (Lstari, 2019: 59) mengatakan bahwa body shaming adalah kritik terhadap diri sendiri atau orang lain.
Body shaming sendiri banyak dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan kita, seperti teman-teman kita yang sering mengolok-olok bentuk tubuhnya yang tidak sempurna sehingga menyebabkan korbannya menderita. (Samosi & Sawitri, 2015).
Aspek-Aspek Body Shaming
Apa saja aspek-aspek perilaku body shaming? Perlakuan body shaming memiliki beberapa aspek-aspek menurut (Doleza, 2015) berikut aspek-aspek body shaming yang dimaksud:
- Mengomentari diri sendiri atau kritikan yang diberikan terhadap diri sendiri mengenai bentuk fisik dan dibandingkan dengan diri orang lain yang terlihat lebih baik dari dirinya sendiri. Seperti “aku mah apa cuma kentang kulitku wajahku gosong sedangkan dia glowing” atau dengan pernyataan yang juga mirip lainnya.
- Membandingkan bentuk fisik individu lain secara langsung di depan orang tersebut, dan dibandingkan dengan orang lain. adapun penyampaiannya secara basa-basi, bercanda, ataupun serius sekalipun. Seperti “kamu cantik yah walaupun hidung kamu pesek”.
- Mengomentari mengenai bentuk fisik seseorang tapi tidak langsung didepan orang tersebut atau tanpa diketahui orang yang sedang dikritik. Hal ini bisa berupa ungkapan seperti “apa kalian tau kalau orang itu kok bisa badannya kurus begitu yah".
Bentuk-Bentuk Body Shaming
Apa saja bentuk-bentuk perilaku body shaming? Tentunya kita harus dan memang perlu mengetahui bentuk-bentuk dari perilaku body shaming, yang tidak hanya memahami pengertian dari perilaku body shaming. Untuk itu yang dimaksud dengan bentuk-bentuk body shaming adalah sebagai berikut:
1. Fat Shaming
Fat shaming merupakan tindakan mengomentari ukran atau bentuk tubuh seseorang yang dianggap tidak sesuai dengan standart citra tubuh ideal pada umumnya. Hal ini dilakukan dengan memanggil orang lain dengan menggunakan panggilan yang tidak sesuai seperti menggunakan nama-nama hewan yang bentuknya lebih besar. Seperti “hei gajah, hei kudanil. Hei badak” hal ini dilakukan sebagai bentuk mengartikan bahwa seseorang yang besar atau gemuk masuk kedalam kategori ini.
2. Skinny Shaming
Skinny shaming Berbeda dari fat shaming, skinny ialah berkomentar atas bentuk tubuh seseorang yang kecil, ukurann yang dilontarkan tentu tidak sesuai dengan ukuran standar ideal pada umumnya. Seperti dengan memanggil “hei kurus kering, kurang gizi dan lain sebagainya”.
3. Rambut Tubuh/Tubuh berbulu
Kritikan yang dilakukan terhadap tubuh seseorang mengenai rambut- rambut yang tumbuh di tubuh seseorang baik itu karena yang tumbuh sedikit maupun banyak. Seperti saat seseorang memiliki alis yang tebal di panggil dengan julukan sincan dan orang yang memiliki bulu badan tebal di juluki dengan sebutan kera.
4. Warna Kulit
Kritikan yang dilakukan seseorang karena figmen warna kulit yang dimiliki seseorang, seperti memanggil seseorang dengan sebutan hitam karena kulit yang dimiliki orang tersebut cenderung gelap, (Tri Fajariani Fauzia, 2019: 5).
Jadi, dari pemaparan ciri body shaming di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perlakuang body shaming dapat dilakukan dengan beberapa ciri; 1) Fat shaming dimana fat shaming dilakukan karena seseorang memiliki tubuh besar dengan mendeskripsikan dengan sesuatu yang besar pula. 2) Skinny shaming dilakukan karena orang lain yang memiliki tubuh kecil ataupun terlalu kurus dan tidak ideal menurut pelaku. 3) Rambut tubuh/ tubuh berbulu dimana dilakukan dengan mengkritik seseorang berdasarkan bulu yang tumbuh di tubuh seseorang. 4) warna kulit, dimana warna kulit dijadikan alasan dalam mengkritik, mengomentari, dan menjuluki seorang berdasarkan warna kulitnya.
Dampak Body Shaming
Apa dampak dari perilaku body shaming? menurut (Lestari & Kurniawati, 2020) body shaming memiliki dampak baik fisik, psikologis dan sosial pada individu, diantaranya yaitu perilaku diet ekstrem yang dapat mengganggu kesehatan, modifikasi tubuh sebagai bentuk body dissatisfaction, serta dampak sosial yang berupa menarik diri dari interaksi sosial akibat menurunnya rasa percaya diri.
Menurut Evans dalam (Lestari, 2019: 59) juga dampak dari perlakuan body shaming yang sering sekali diterima korbannya akan mendatangkan dampak yang cukup mempengaruhi kesehatan korban terutama akan membuat korbannya menjadi depresi karena adanya perasaan stress dan tertekan mengenai masalah yang sedang dihadapi seperti permasalahan body shaming.
Perbedaan individu membuat reaksi yang dihasilkan saat menerima perlakuan body shaming akan berbeda begitu juga dengan dampak yang muncul pastinya juga akan berbeda. Penilaian yang didapatkan individu dari orang lain dan diri sendiri secara terus menerus akan menghasilkan pandangan negative individu pada bentuk tubuhnya sendiri dampak tersebut ialah, sebagai berikut (Sari, 2020: 17-19):
1. Gangguan Makan
Ketidakpuasan yang dirasakan mengenai bentuk tubuh menyebabkan kebanyakan orang memandang negative menganai tubuhnya. Karena adanya ketidak puasan terhadap bentuk tubuhnya individu cenderung akan mengupayahkan/melakukan beberapa cara agar tubuhnya mendapatkan pengakuan menjadi tubuh ideal. Salah satunya dengan mengubah pola makan.
Dalam mencapai tubuh idel itu individu akan melakukan diet dalam menurunkan berat badan, sedangkan akan mengonsumsi segala macam makanan tanpa melihat resikonya. Individu melakukan ini dengan berfikir bahwa perubahan bentuk tubuhnya akan bisa di terima oleh masyaraka. Semakin tinggi perlakuan body shaming yang diterima maka akan semakin berpengaruh terhadap perilaku makan.
Body shaming yang merupakan bentuk perundungan secara verbal ini memiliki banyak dampak serius pada korbannya. Salah satu dampak yang diakibatkan oleh perilaku body shaming ini adalah gangguan makan. (Chairani, 2018).
2. Depresi
Dalam kehidupan pastinya akan ada keritik / komentar buruk yang diterima individu, salah satunya adalah komentar buruk mengenai bentuk tubuh. Penilaian masyarakat mengenai bentuk tubuh ideal dapat menyebabkan individu yang menerima akan mendengarkan sepenuhnya dan pada akhirnya akan merasa tubuh yang dimilikinya tidak sesuai dengan standar ideal.
Komentar/ kritik buruk yang diterima secara terus menerus akan menyababkan individu merasa dirinya tidak berharga dan tidak sempurna, dari pemikiran itu pada akhirnya individu merasa stress karena tidak dapat menerima tubuhnya yang tidak ideal, akibat stress yang berlangsung lama dan individu tidak lagi dapat mengendalikannya akhirnya menjadi depresi dan bahkan sampai berakibat fatal hingga bunuh diri.
3. Body Shaming dan Self-Esteem
Perlakuan body shaming yang tak dapat diterima oleh individu menyebabkan individu cenderung melakukan body cheking terhadap dirinya dan penampilannya, penilaian yang sering dilakukan terhadap harga dirinya. Karena banyaknya pengaruh negative dari pemikiran tersebut menyebabkan timbulnya rasa malu dan kepercayaan dirinya terganggu. Pada akhirnya individu tersebut memiliki harga diri yang rendah.
Body shaming yang merupakan Perundungan atau kekerasan verbal juga memiliki banyak dampak serius pada korban, mulai dari depresi, introvert, psychosomatic dan yang paling fatal, korban bisa bunuh diri (Noorvitri, 2019). Perempuan yang cenderung memperhatikan penampilan fisiknya, seringkali bukan karena keinginan dari dalam diri, melainkan untuk menghindari komentar negatif yang kemungkinan akan ditujukan pada dirinya (McKinley & Hyde, 1996).
Selain dampak yang telah disebutkan di atas, di sini akan diuraikan juga dampak body shaming dari beberapa hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
- Penelitian (Brewis & Bruening, 2018)
Suatu riset yang dilakukan terhadap 1.443 mahasiswa baru menjelaskan bahwa body shaming secara langsung dan berulang dapat memprediksi keparahan gejala depresi, terutama pada remaja yang kelebihan berat badan.
- Penelitian (Iannoaccone, D`Olimpio, Cella, & Cotrufo, 2016)
Riset terhadap 111 mahasiswa (13-19 tahun), juga dijelaskan bahwa remaja mengalami obesitas dan non-obesitas. berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Makanlah jika Anda malu dengan tubuh Anda. Orang-orang yang tinggal di lingkungan yang kondusif untuk terjadinya body shaming juga berkontribusi terhadap kesehatan mental remaja, karena membuat remaja semakin sulit mengontrol dan menurunkan berat badan.
- Penelitian (Lestari, Mariatti dan Rachmayani, 2019)
Dilakukan pada remaja di kota Malang menjelaskan bahwa tingkat body shame sebesar 79%, meliputi wajah 47%, postur tubuh 27%, hidung 16%, kulit 15% dan berat badan 12%. Hal ini menunjukkan bahwa rasa malu tubuh cukup umum di kalangan remaja.
Body shaming pada remaja berpotensi mengganggu kesehatan mental individu seperti perilaku makan yang buruk, rendah diri, peningkatan risiko gangguan makan, agorafobia, dll, (Garofano, Marin, & Dios, 2019); (Iannoaccone, D`Olimpio, Cella, & Cotrufo, 2016); (Mobil, 2019).
- Penelitian oleh (Moradi, Dirks dan Matteson, 2005)
Hasil risetnya menemukan bahwa body shaming juga berkontribusi terhadap gangguan makan dan kebiasaan makan yang ekstrim pada korban obesitas, yang dapat menyebabkan anoreksia dan bulimia (Moradi, Dirks dan Matteson, 2005).
Referensi
Iannoaccone, M., D'Olimpio, F., Cella, S., & Cotrufo, P. (2016). Self-esteem, body shame and eating disorder risk in obese and normal weight adolescents: A mediation model. Eating Behaviors, 21, 80-83.
Kar, P. (2019). Dieting and body shaming. BMJ. doi:10.1136/bmj.l1222
Lestari, S., & Kurniawati, Y. (2020). Psikologi kecantikan. Beauty is pain & disorder. Malang: Edulitera.
Lestari, S., Marianti, s., & Rachmayani, D. (2019). Mapping the mental health literacy: Are you body shaming. 9th Global conference on business and social science.
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia. Edisi 12. Jakarta: Salemba Humanika.
Puspitasari, S. T., Tantiani, F. F., Anggaunitakiranantika, & Wardhana, L. W. (2019, Desember). Upaya peningkatan body acceptance baseline melalui gerakan say no to body shaming di kalangan pelajar kota mojokerto. Plakat, 1(2), 110-119.
Santoso, A. (2018). Polisi tangani 966 kasus body shaming selama 2018. Dilansir dari detik.com.
Santrock, J. W. (2016). Adolescence. Sixteenth Edition. New York: McGrawHill.
Walsh, J. (2010). Psychoeducation in mental health. Chicago: Lyceum books, Inc.
Webb, H. J., Zimmer-Gembeck, M. J., & Mastro, S. (2016). Stress exposure and generation: A Conjoint longitudinal model of bodyndysmorphic symptoms, peer acceptance, popularity, and victimization. Body Image, 14-18.
Adam, G., & Berzonsky, M. (2006). Blackwell handbook of adolescence. Oxford: Blackwell publishing ltd.
Brewis, A. A., & Bruening, M. (2018). Weight shame, social connection, and depressive symptoms in late adolescence. International journal of environmental research and public health, 15, 1-12. doi:10.3390/ijerph15050891
Brown, N. W. (2004). Psychoeducational group. Process and practice. second edition. New york: Brunner-Routledge.
Chairani, L. (2018). Body shame dan gangguan makan. kajian meta analisis. Buletin Psikologi, 26, 12-27. doi:10.22146/buletinpsikologi.27084
Chairani, L. (2018). Body Shame dan Gangguan Makan. Buletin Psikologi, 26(1), 12–27. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.27084
Samosi, D. T. P., & Sawitri, D. R. (2015). Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Pengungkapan Diri Pada Remaja Awal Kelas VII. Jurnal Empati, 4(April), 14–19. Retrieved from https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/a rticle/view/14885/14401
Noorvitri, I. (2019). Benarkah Bullying Merugikan Bagi Korban dan Pelaku? Retrieved from https://pijarpsikologi.org/latar-belakang/
Olweus, D. (2009). Bullying at school. In L. R. Huesmann (Ed.), Aggressive Behavior Current Perspectives. New York: Plenum Press.
McKinley, N. M. & Hyde, J. S. 1996. THE OBJECTIFIED BODY CONSCIOUSNESS SCALE. Development and Validation. Psychology of Women Quarterly
Moradi, B., Dirks, D., & Matteson, A. V. (2005). Roles of sexual objectification experiences and internalization of standards of beauty in eating disorder symptomatology: A test and extension of objectification theory. Journal of Counseling Psychology, 52(3), 420–428. https://doi.org/10.1037/0022-0167.52.3.420
Gilbert, P. (2007). The evolution of shame as marker for relationship security. The Self-Conscious Emotions: Theory and Research, 283–309.
Lestari, S. (2017). Karakteristik Distorsi Kognisi Pada Remaja Putri Penderita Gangguan Dismorfik Tubuh. Prosiding Temu Ilmiah X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia, 180–189. Dilansir dari jurnal.unissula.ac.id.
Rachmah, E. N., & Baharuddin, F. (2019). Faktor Pembentuk Perilaku Body Shaming Di Media Sosial. 66–73.
Chaplin, J. (2011). Kamus Lengkap Psikologi Diterjemahkan oleh Kartini Kartono. J. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Surya A, F. (2019). Dampak Body Shaming Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan. universitas syarif hidayatullah, 3.
Lestari, S. (2019). Bullying or Body Shaming? Young Wome in Patient Body Dysmorphic Disorder. Philanthrophy journal of Psychology, Vol 3 Nomor 1, 59-60.
Doleza, l. L. (2015). The Body and Shame, Phenomonology, Feminism, and The Socially Shame Body. London: Lexington Book.
Robert, F. &. (1997). Objectification Theory Toward Understanding Woman's Lived Experienced and Mental Health Risk. Psychology of Woman Quarterly., 182.
Roberts, T. &. (2007). Theory and Research. Wresting With Nature: An Existential Perspective on The Body and Gender in Self-concious Emotions. The Self-Concious Emotions, 389-406.
Sari, R. P. (2020). Hubungan Body Shaming Dengan Interaksi Sosial Teman Sebaya Di Smkn 7 Tangerang Selatan. Skripsi, 17-19.
Post a Comment