Setiap hubungan setidaknya pasti pernah mengalami konflik yang bersifat pasang surut seperti pertengkaran. Hubungan yang sehat selalu menemukan suatu langkah penyelesaian dalam setiap konflik atau permasalahan yang dihadapi, yang dilakukan dengan cara-cara yang baik untuk tetap menjaga keharmonisan dalam hubungan tersebut.
Biasanya hubungan yang sehat bisa dikenali dengan sikap saling menghargai, mendukung satu sama lainnya, atau tidak saling mendominasi, dan sebagainya. Apabila hubungan yang dibangun tidak mengedepankan sikap sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka kemungkinan besar hubungan tersebut menjadi hubungan yang tidak sehat.
Gambar. Toxic relationship: Berikut ini pengertian toxic relationship menurut para ahli, ciri-ciri perilaku toxic, dan dampaknya. Sumber. pixabay.com |
Hubungan yang tidak sehat seringkali terjadi karena kita tidak mengedepankan sikap yang bijaksana dalam menyelesaikan konflik, atau terlalu mengedepankan sikap-sikap yang negatif. Hubungan yang tidak sehat terkadang disebut dengan toxic relationship.
Demikian pembahasan kali ini akan mencoba membahas tentang apa yang dimaksud dengan hubungan toxic? yang sering dibicarakan sebagai suatu relasi yang tidak sehat. Selain itu akan di uraikan juga ciri-ciri perilaku toxic relationship, serta dampak-dampaknya.
Apa itu Toxic Relationship?
Jadi apa itu toxic relationship? Dilansir dari merdeka.com arti toxic secara umum berkaitan dengan orang yang memilki sifat atau kepribadian beracun, karena sering memberikan dampak negatif pada orang lain.
Sedangkan Dr. Lilian Glass yang merupakan ahli komunikasi dan psikologi dari California mengartikan toxic relationship pada tahun 1995 dari karyanya yang berjudul Toxic People, yaitu sebagai hubungan yang ada unsur merusak dari suatu konflik, kemudian sikap tidak saling mendukung, adanya persaingan, serta kehilangan sikap saling menghormai dan kekompakan.
Sabrina Michelle Maxwell (2015: 42) mengungkapkan toxic behavior ditandai oleh perilaku “menyebalkan” yang cenderung memancing konflik antar pihak. Maxwell menjajarkan Toxic behavior dengan tiga ciri kepribadian patologis yang biasa disebut “karakter gelap” atau Dark Triad, yakni narsisisme (narsis), psikopatik (tindakan beresiko tinggi), dan machiavellianisme (penjilat).
Definisi yang sama juga diungkapkan oleh Morgan Lee (2018) dalam bukunya yang berjudul “Toxic relationships (the 7 most Alarming signs that you are in a Toxic Relationship)”, bahwa sebuah hubungan yang toxic atau yang disebut dengan toxic relationship artinya ditandai dengan adanya kekerasan dari salah satu pasangan, dan tentunya hal itu membuat pasangan yang lain merasa tidak nyaman.
Pengertian Toxic Relationship Menurut Para Ahli
Pengertian toxic relationship atau tentang hubungan yang tidak sehat menurut para ahli yang sudah diuraikan di atas, mungkin dapat memberikan sedikit gambaran dan pemahaman pada kita tentang suatu hubungan yang beracun.
Selain itu, sebenarnya masih banyak pengertian toxic relationship yang telah diuraikan oleh para ahli. Untuk itu ada beberapa yang akan ditambahkan mengenai pengertian suatu hubungan yang beracun menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
- Solferino dan Tessitore (2019)
Toxic relationship atau yang sering disebut dengan hubungan beracun didefinisikan sebagai sebuah hubungan dengan berbagai bentuk namun keseluruhan bentuk tersebut ditandai dengan adanya perbedaan, situasi non-egaliter di mana salah satu dari orang terkait pada hubungan tersebut sangat bergantung pada yang lain sehingga memicu mekanisme dominasi (dalam, Syafira dan Surwati: 2022).
- Vedasari (2020)
Toxic relationship adalah juga dikenal sebagai suatu hubungan yang sebenarnya tidak saling saling menghubungkan satu sama lainnya, karena di dalamnya terdapat unsur dominasi dari salah satu pihak dan mengakibatkan yang lainnya menjadi korban karena selalu merasa tertekan maupun tidak nyaman.
- Riani (2021: 2)
Toxic relationship merupakan hubungan yang tidak sehat dan membawa dampak buruk bagi Kesehatan fisik maupun kesehatan mental seseorang yang berada pada hubungan tersebut.
- Nurifah (2013)
Toxic relationship merupakan hubungan dimana di dalam hubungan tersebut terdapat perilaku-perilaku ‘beracun’ yang dilakukan oleh salah satu pasangan dalam hubungan tersebut, perilaku tersebut dapat mengganggu kesehatan fisik maupun psikis dari seseorang.
- Mc Gruder (2018) dalam Syafira (2022)
Hubungan toxic adalah kondisi dimana di dalamnya terdapat perilaku secara emosional yang dilampiaskan oleh seseorang kepada pasangannya dan bahkan perilaku ini dapat melukai fisik pasangannya.
Hubungan toxic adalah suatu perilaku atau tindakan pada orang lain yang dapat memberikan dampak negatif baik fisik maupun psikologis. Namun sampai saat ini masih banyak orang terperangkap dalam hubungan toxic, dan apa alasan mereka bertahan dalam hubungan yang beracun tersebut? beberapa artikel di bawah ini mungkin sedikit memberikan gambarannya.
Baca Juga:
- Apa Alasan Orang Bertahan dalam Hubungan Toxic? Berikut ini Pengalaman Hubungan Toxic dan Cara keluar dari Hubungan yang Beracun.
- Toxic Friendship.
- 8 Tanda Toxic Relationship Menurut Erich Fromm
Ciri-Ciri Perilaku Toxic Relationship
Selain memahami tentang apa itu toxic relationship, setidaknya kita juga harus mengenal beberapa ciri-ciri dari perilaku yang dianggap beracun atau tidak sehat tersebut. Hal ini karena perilaku ini seringkali hadir dalam keseharian atau kehidupan kita baik sadar maupun tidak.
Lantas apa ciri-ciri perilaku toxic relationship? Riani (2021: 11-18) menyebutkan bahwa terdapat beberapa perilaku yang dapat dikategorikan sebagai ciri-ciri atau tanda-tanda dari hubungan yang toxic, hal itu diuraikan berdasarkan oleh rumusan dari Thomas L. Cory, yaitu sebagai berikut:
1. Depredator-Belinttler (Meremehkan)
Ini adalah salah satu ciri-ciri dari pelaku toxic dalam suatu hubungan. Mereka dikenal dengan orang yang suka sekali meremehkan orang lain atau siapa saja yang menjadi pasangannya. Dengan demikian pelaku toksik ini bisa dikenali dengan orang yang tidak bisa mendengar atau menghargai pembicaraan dari orang lain, mereka hanya ingin didengarkan, tapi tidak ingin mendengarkan.
Mereka yang suka meremehkan orang lain adalah tanda dari sikap tidak memiliki rasa empati atau kepedulian pada seseorang. Apabila ada orang yang menceritakan sesuatu padanya, maka mereka hanya akan menghakimi dan membandingkan pengalaman pasangan dengan dirinya sendiri, serta kurang memberi dukungan pada pasangan untuk agar bisa berprestasi.
2. The Guilt-Inducer (Menciptakan Rasa Bersalah)
Ciri-ciri perilaku toxic yang lain adalah suka menciptakan rasa bersalah atau bahkan bisa dibilang mereka merupakan orang yang suka menyalahkan orang lain. Ketika berhubungan dengan tipe orang seperti ini, tentunya walaupun mereka yang membuat kesalahan namun mereka juga akan mencari cara seakan-akan kamulah yang menyebabkan keselahan itu terjadi dan akhirnya kamu akan merasa bersalah.
Di sisi lain pelaku toxic yang suka menciptakan rasaa bersalah kepada orang lain, biasanya dikarenakan orang tersebut tidak melakukan hal-hal yaang disukainya. Sehingga terkadang mereka juga menjadi orang yang sangat gemar untuk mengintimidasi pasangannya.
3. The Overreactor/Deflector (Reaktif)
Overreactor adalah ciri-ciri perilaku toxic yang cenderung membuat seseorang agar selalu menjaga perasaannya, dengan alasan agar mempertahankan suatu hubungan. Namun hal ini dilakukan secara berlebihan dan seringkali memberikan tekanan terus menerus pada orang lain yang menjadi pasangan, sehingga membuanya tidak merasa nyaman.
Memberikan tekanan pada orang lain untuk menjagaa perasaannya, namun pelaku toxic ini sebenarnya tidak membuat hal sebaliknya atau justru mereka malah tidak menjaga perasaan pasangannya. Inilah yang disebut dengan deflector, yaitu ciri perilaku toksik yang tidak memiliki kepedulian pada orang lain tapi memaksa orang untuk peduli pada mereka.
4. The Over-Dependent Partner (Bergantung Penuh)
Salah satu dari ciri-ciri perilaku toksik yang berikutnya adalah tidak adanya kemandirian atau menciptakan ketergantungan dalam suatu hubungan. Mereka termasuk orang yang pasif, ketika mencoba melakukan sesuatu atau mengambil suatu keputusan, mereka juga melibatkan pasangannya. Hal itu dilakukan agar pasangannya dapat bertanggung jawab apabila ada kesalahan dalam keputusan tersebut.
Ciri lain dari perilaku toxic relationship ini adalah terlihat dari caranya dalam menciptakan ketergantungan orang lain atau pasangannya pada mereka. Sehingga orang itu akan merasa terikat pada sebuah ikatan yang tanpa kemandirian individu atau kehilangan kebebasannya.
5. The Independent Toxic Controller (Pengatur)
Ciri-ciri perilaku toxic ini bisa dibilang merupakan lanjutan tahap dari sebelumnya yaitu ketikaa berhasil menciptakan ketergantungan dalam hubungan, maka mereka akan menjadi orang yang akan terus mengontrol pasangannya. Mereka akan mempunyai ciri-ciri sebagai orang yang suka melarang orang lain untuk bertindak yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Ciri-ciri perilaku toxic yang suka mengatur ini seringkali tidak punya komitmen atau orang yang tidak menepati janji. Di sisi lain mereka sangat tidak suka apabila orang lain atau siapa saja yang menjadi pasangannya untuk membuat rencananya sendiri, karena merekalah orang yang pantas merencanakan dan bahkan hal itu dibuat alasan demi kebaikaan orang lain, padah tidak.
6. The User (Pengambil Keputusan)
Ciri-ciri perilaku toxic yang berikutnya adalah the user, yaitu mereka harus menjadi orang yang mengambil setiap keputusan dalam suatu hubungan. Sebagaimana pada pembahasan sebelumnya tentang pengatur atau suka mengontrol secara berlebihan, pada tahap ini pelaku toxic merasa merekalah orang yang dapat mengambil keputusan, sedangkan orang lain hanya bisa melakukan apa yang sudah diputuskannya.
Pelaku toxic yang bertindak sebagai pengambil keputusan ini sebenarnya mempunyai maksud bahwa setiap keputusan itu hanya menguntungkan dirinya saja. Mereka hanya memberikan tekanan dan alasan bahwa apa yang menjadi keputusan itu baik bagi kepentingan orang lain atau pasangannya, padah semua itu hanya untuk hal-hal yang disukainya saja.
7. The Possessive Toxic Controller (Paranoid)
Ciri-ciri perliaku toxic ini juga dapat dilihat ketika adanya sikap cemburu yang berlebihan, namun hal itu hanyalah menjadi alasan bagi mereka agar terus mengontrol seseorang. Oleh karena merasa dirinya sebagai pengatur dan pembuat keputusan, maka mereka seringkali membuat aturan dan larangan yang bahkan tentang kehidupan pasangannya.
Biasanya ciri-ciri pelaku toxic ini seringkali terlihat dengan caranya yang suka melarang orang lain atau siapa saja yang menjadi pasangannya, untuk bergaul dengan teman-teamannya dan bahkan melarang berhubungan pada keluarga pasangannya sendiri.
Dampak Toxic Relationship
Setiap tindakan atau perilaku tentunya memilki dampak tertentu, begitupun dengan perilaku toxic relationship. Saraswati (2019) menyebutkan bahwa dampak perilaku yang beracun ini bisa menjadi lebih parah dan membuat salah satu atau kedunya menjadi trauma.
Kemudian lebih parahnya lagi dampak dari perilaku toxic relationship adalah bisa menyebabkan kematian. Selain itu menurut (Huda, 2021) mengatakan bahwa hubungan yang beracun memiliki dampak mulai dari psikis, fisik, sosial dan finansial. Untuk itu hal ini akan diuraikan, yaitu sebagai berikut:
1. Dampak Psikis
Dampak dari hubungan toxic tentunya sangat memberikan dampak pada kondisi psikis seseorang yang menjadi korbannya. Hal ini bisa saja dalam bentuk depresi, distorsi kognitif, cemas, sulit berkonsentrasi, ketiadaan motivasi untuk beraktivitas atau produktivitas seseorang yang menjadi korban akan berkurang.
2. Dampak Fisik
Hubungan yang beracun selain memberikan dampak psikis juga dapat memicu terjadi dampak pada fisik seseorang yang menjadi korbannya. Pelaku toxic bisa saja menggunakan kekerasan dalam hubungan pada pasangannya, sehingga dapat memberikan dampak seperti lebam atau luka baik itu yang berat maupun ringan, gangguan makan atau turunnya berat badan dan bahkan lebih parahnyaa lagi adalah kematian.
3. Dampak Sosial
Terperangkap dalam hubungan yang toxic memang memberikan dampak yang sangat mengerikan pada kehidupan seseorang yang menjadi korbannya, salah satunya adalah dampak sosial. Hal ini dikarenakan pelaku toksik tersebut memiliki sikap cemburu atau posesif yang sangat berlebihan.
Berhubungan dengan seseorang yang toxic seringkali membatasi pergaulan pasangannya, sehingga korbannya tidak memiliki leluasa untuk berkumpul dengan teman-temannya. Bahkan mereka juga sering membuat batasan dengan korban dengan keluargannya, sehingga mereka yang berhubungan dengan orang yang toxic selalu merasa terasing dan perkembangannya terhambat.
4. Dampak Finansial
Hubungan yang toxic juga memberikan dampak pada kondisi keuangan atau finansial seseorang yang menjadi korbannya. Pelaku toxic dalam membangun hubungan seringkali terlihat memeras keuangan pasangannya, hal ini karena dasar dari membangun hubungan tersebut untuk mengekploitasi atau hanya untuk memanfaatkan orang lain.
Kesimpulan
Referensi
- Carruthers, A. 2011. Freedom-from-Toxic-Relationship: Moving-on-from-the-Family, Work, and-Relationshi-Issues-That-Bring-You-Down. New-York: Penguin-Group.
- Huda, K. I. Nurul. 2021. Penerapan-Konseling-Kelompok-Dalam-Memutuskan-Toxic-Relationship-Pada-Remaja-Di-Desa-Panompuan-Jae-Kecamatan-Angola-Timur. Skripsi, Institut-Agama-Islam.
- Lee, Morgan. 2018. Toxic Relationship-7 Alarming sign that You are In Toxic Relationship. California: Create Space.
- Maxwell, S.M. 2015. “An-exploration-of-human-resource-personnel-and-toxic leadership”, Doctoral-Dissertation-of-College-of-Managementr-and-Technology, Walden-University, Minneapolis.
- Maxwell, S.M. 2015. An-Exploration-of Human-Resource-Personnel-and-Toxic-Leadership. Walden-University.
- Nurifah. 2013. Jurnal-Perempuan: Layanan-Informasi-dan-Dokumentasi. Jurnal-Perempuan.
- Riani. 2021. Stop-Toxic-Relationship. Pustaka-Taman-Ilmu, Gowa.
- Saraswati, D. 2019. Toxic-Relationship.
- Syafira dan Surwati. 2022. Representasi-Toxic-Relationship-Dalam-Film (Analisis Semiotika-Representasi-Toxic-Relationship-dalam “Film-Story-of-Kale: When Someone’s-in-Love” Karya:Angga-Dwimas Sasongko), Jurnal, Komnascom.
- Vedasari, I. A. 2020. Mengenal-Toxic-Relationship-dalam-Relasi-Pacaran.
Post a Comment