Permasalahan yang dialami seseorang dalam kehidupan sebenarnya tidak selalu berasal dari luar pribadi kita, melainkan yang seringkali terjadi adalah hal itu kebanyakan terjadi dari dalam diri kita sendiri.
Hal tersebut memungkinkan karena kita kebanyakan yang membuat konflik dari dalam diri, seperti pemikiran, emosi dan yang paling tidak disadari adalah penilaian buruk pada diri sendiri. Untuk itu kita harus lebih memahami tentang bentuk penilaian diri atau yang dikenal dengan self esteem.
Gambar. Mengenal self-esteem: Sebagai bentuk penilaian diri dan pengelolaan emosi dalam melakukan self-healing. Sumber. pixabay.com |
Lantas apa yang dimaksud dengan self-esteem? Yaitu suatu konsep tentang penilaian tentang diri sendiri. Untuk itu dalam pembahasan ini akan memahami lebih lanjut tentang konsep self-esteem menurut para ahli, serta manfaatnya pada diri sendiri.
Pengertian Self-Esteem Menurut Para Ahli
Untuk memahami lebih jauh tentang self esteem alangkah baiknya kita melihat hal ini berdasarkan pengertian dari para ahli. Karena pengertian sebenarnya dari istilah ini tidak hanya dimengerti sebatas penilaian pada pribadi kita sendiri.
Adapun istilah tersebut sebenarnya berkaitan dengan bagaimana kita berpikir, mengevaluasi diri sendiri dan betuk keyakinan serta cara kita dalam mengelola emosi sebagai baentuk penerimaan diri. Adapun self-esteem menurut para ahli akan diuraikan sebagai berikut:
- Self esteem menurut Coopersmith (1967)
Mengatakan self esteem adalah hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang diekspresikan dalam sikap terhadap diri sendiri.
- Self esteem menurut Branden (1992)
Self-esteem atinya yang pertama yaitu keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak dan menghadapi tantangan hidup ini. Kedua keyakinan dalam hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak, memungkinkan untuk menegaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan kita serta menikmati buah dari hasil kerja keras kita.
- Self esteem menurut Bracken (1996)
Self esteem artinya penilaian yang dibuat oleh individu untuk menggambarkan sikap menerima atau tidak menerima keadaan dirinya, serta menandakan sampai seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, sukses, dan berharga.
- Self esteem menurut Lawrence (2006)
Self-esteem adalah suatu metode evaluasi yang dilakukan seseorang sebagai upaya untuk dapat mengubah serta mengembangkan kemampuannya baik secara sosial, fisik maupun akademis.
- Self esteem menurut Lutan (2003)
Menjelaskan self-esteem yaitu suatu upaya seseorang dalam bentuk penerimaan terhadap diri sendiri bahwa mereka pantas, memiliki kemampuan, berharga dan berguna terhadap apa yang telah terjadi, sedang maupun pada yang akan terjadi nanti. Artinya ada perasaan bahwa seseorang pasti bisa dan adanya penghargaan diri adalah bagian inti dari istilah ini.
Dari beragam definisi self esteem yang dikemukakan dari para ahli maka (Refnadi, 2018) menyimpulkan bahwa terdapat beberapa pengertian dari self-esteem, yang akan diuraikan sebagai berikut:
- Pertama, adalah self esteem artinya penilaian seseorang secara umum terhadap dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan diri dalam menjalani kehidupan.
- Kedua, kemampuan untuk memahami apa yang dapat dilakukan dan apa yang telah dilakukan,
- Ketiga, penetapan tujuan dan arah hidup sendiri,
- Keempat, kemampuan untuk percaya pada kemampuan sendiri, dan tidak merasa iri terhadap prestasi orang lain.
Ciri-Ciri Self-Esteem
Sebenarnya self-esteem seseorang tergantung bagaimana ia menilai tentang dirinya, baik itu penilaian yang tinggi maupun rendah akan sangat berpengaruh pada dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga kita harus dapat membuat perbedaan self esteem dengan self worth. Pada yang pertama berarti suatu bentuk penilaian pada diri sendiri, sedangkan poin kedua self worth adalah bentuk kempuan memberi, mencintai, rasa hormat serta penghargaan terhadap diri.
Dengan demikian individu yang memilki self esteem tinggi mempunyai self worth. Lantas apa ciri-ciri seseorang yang memilki self-esteem rendah? Adapun beberpa uraian berikut mungkin dapat memberikan kita gambaran tentang baik itu ciri-ciri self esteem yang tinggi maupun rendah, yaitu:
1. Ciri-Ciri Self-Esteem Tinggi
Rosenberg dan Owens dalam (Guindon, 2010) menjelaskan bahwa orang yang memiliki ciri-ciri self esteem yang tinggi yaitu memiliki 3 kualitas di dalam dirinya, yang Pertama adalah adanya sikap optimis seperti bangga dan percaya dengan kemampuan yang dimilikinya serta mengabaikan hal-hal negatif yang berdampak pada keraguan akan kemampuanya tersebut.
Kedua adalah mengabaikan hal-hal negatit bukan berarti meniadakannya, melainkan mampu menerima setiap peristiwa negatif yang mereka alami. Kemudian terus berupaya dalam memperbaiki diri, sering juga mendekatkan pada emosi yang membuatnya positif, adanya keberanian, mampu mengekspresikan diri dan membangun hubungan dengan orang lain.
Ketiga adanya upaya dalam mengembangkan kapasitas diri agar terus meningkat, karena hal ini sangat penting untuk dimiliki sehingga mereka mampu mengambil resiko, dapat memberikan sikap positif pada orang lain (baik itu kelompok maupun institusi). Hal ini diupayakan agar mereka juga mampu berpikir secara konstruktif, serta mampu mengambil keputusan yang baik dan disertai dengan keyakinannya.
Di sisi lain self esteem yang tinggi sebenarnya berdampak pada penghargaan diri seseorang, membangkitkan rasa percaya diri serta mereka dalam melakukan sesuatu yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Sehingga mereka dapat motivaasi diri untuk mencapai prestasi yang baik serta bersungguh-sungguh meraih kesuksesan dalam kehidupan.
2. Ciri-Ciri Self-Esteem Rendah
Lantas bagaimana dengan ciri-ciri self-esteem yang rendah? Menurut Rohmah (2012) menjelaskan hal ini dengan remaja dikenal memiliki penghargaan diri yang rendah dan mereka cenderung merasa bahwaa dirinya tidak memiliki kemampuan dan adanya perasaan tidak berharga.
Orang dengan self esteem rendah dapat dikenali dengan ciri-ciri seperti tidak menyukai, mencari dan mencoba setiap tantangan-tantangan baru pada kehidupannya, serta hanya senang dengan menghadapi hal-hal yang sudah ada. Menurut (Engko, 2006) mereka adalah individu yang takut dengan penilaian orang lain, komunikasi yang buruk dengan orang lain dan cenderung merasa tidak bahagia.
Adapun Baldwin dan Hoffman (dalam Guindon, 2010) mengemukakan bahwa remaja dengan self-esteem rendah sejak masa kanak-kanak mengalami banyak kesulitan pada masa remaja dan mengalami perasaan tidak mampu pada banyak bidang. Di sisi lain McClure (2010) mengemukakan bahwa remaja dengan self-esteem rendah juga cenderung berperilaku mencari perhatian dari orang lain.
Di sisi lain self esteem yang rendah memberikan dampak yang sangat negatif. Banyak penelitian yang telah menunjukkan bahwa self-esteem yang rendah berhubungan dengan psikopatologis remaja, termasuk kecemasan, depresi, dan gangguan makan (Bos, Muris, Mulkens, & Schaalma, 2006).
Dengan demikian self esteem yang rendah sangat merugikan diri sendiri dan apabila tidak ditangani secepat mungkin, maka hal itu dapat menyebabkan mereka tidak memahami kapasitas atau nilai-nilai di dalam diri mereka. Kemudian tidak mampu menjawab tentang siapa diri mereka sebenarnya dan tidak mampu membuat rencana masa depannya, (Guindon, 2010).
Baca Juga:
- Mengenal Apa Itu Gratitude? Sebagai Metode Self Healing Dengan Cara Bersyukur Dan Penerimaan Diri
- Self-Compassion: Sebagai Bentuk Self-Healing Dengan Menyayangi Diri Sendiri
- 9 Jenis Self-Healing dan Manfaatnya
- Self-Healing Dengan Memafkan Diri Sendiri (Forgiveness)
Aspek-Aspek Self-Esteem
Oleh karena penilaian terhadap diri merupakan hal yang penting bagi seseorang sebagai bentuk self-esteem, maka dalam melakukan hal itu kita harus betul-betul memahami aspek-aspeknya. Menurut (Coopersmith, 1967) terdapat empat aspek dalam self-esteem yaitu sebagai berikut:
1. Power (Kekuasaan)
Maksud dari power atau kekuasaan di sini bukanlah tentang bagaimana struktur atau suatu jabatan tertentu. Melainkan suatu kapasitas diri yang mampu menguasi dirinya sendiri, yaitu seperti kemampuan untuk mengontrol diri atau yang berkaitan dengan orang lain.
2. Significance (Keberartian)
Kepedulian, perhatian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain, hal tersebut merupakan penghargaan dan minat dari orang lain serta pertanda penerimaan dan popularitasnya. Hal ini ditandai dengan keramahan maupun ketertarikan.
3. Virtue (Kebajikan)
Ketaatan mengikuti kode moral, etika dan prinsip-prinsip keagamaan yang ditandai dengan menjauhi tingkah laku yang dilarang dan melakukan yang diperbolehkan oleh moral, etika dan agama.
4. Competence (Kemampuan)
Yaitu suatu kemampuan individu dalam mengerjakan sesuatu dengan segala potensi yang dimiliki, sebagai upaya untuk mencapai kesuksesan atau terus menciptakan prestasi dalam kehidupan seperti juga dalam berbagai tugas maupun bidang pekerjaan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Esteem
Ada beberapa faktor dalam memperngaruhi self esteem atau penghargaan diri seseorang, seperti dukungan orang tua. Dengan demikian, tinggi rendahnya self-esteem seseorang juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana perilaku orang tua pada anak (Shaffer, 2009).
Tidak hanya itu, karena masih banyak faktor yang telah dikemukakan oleh para ahli. Hal ini dapat dilihat sebagaimana uraian (Coopersmith, 1967) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan dan Penghinaan
Individu yang merasa dirinya berharga akan memiliki penilaian yang lebih baik atau positif terhadap dirinya dibandingkan dengan individu yang tidak merasa dirinya seperti itu. Dengan demikian mereka dapat menghargai diri sendiri, enggan untuk bersikap merendahkan diri sendiri atau mereka menerima diri sendiri.
2. Kelas sosial dan Kesuksesan
Kelas sosial dan kesuksesan ini dilihat dari kedudukan akan suatu pekerjaan, pendapatan dan bahkan tempat tinggal. Biasanya seseorang dengan kelas sosial yang tinggi dapat meyakinkan individu lebih berharga dari orang lain.
3. Nilai dan Inspirasi Seseorang dalam Menginterpretasikan Pengalaman
Kesuksesan yang diterima oleh individu tidak mempengaruhi self esteem secara langsung melainkan disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang individu
4. Cara Individu Menghadapi Evaluasi
Individu dapat meminimalisir ancaman berupa evaluasi negatif yang datang dari dirinya. Individu dapat menolak hak dari orang lain yang memberikan penilaian negatif terhadap dirinya.
Manfaat Self-Esteem
Lantas apa saja manfaat seseorang dalam melakukan self-esteem? Menurut Erickson (dalam Santrock, 2007), fungsinya menjadi sangat penting untuk mencapai identitas diri yang merupakan tugas utama pada masa remaja.
Remaja dengan self-esteem yang tinggi akan memiliki keyakinan diri sehingga dapat memutuskan hal-hal yang penting bagi remaja, seperti menentukan kehidupan seperti apa yang akan dijalani yang sesuai dengan diri remaja tersebut.
Remaja yang mencapai identitas diri sudah bersiap dengan baik dalam menghadapi tantangan dan tugas perkembangan selanjutnya. Sementara itu, remaja dengan self esteem rendah yang tidak mencapai identitas diri akan merasa diri gagal sehingga dapat berpengaruh pada tahap perkembangan selanjutnya, dimana remaja harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kehidupannya.
Tentunya yang dimaksud di sini adalah manfaat dari self-esteem tinggi, adapun menurut (Branden, 1992) menguraikan bahwa terdapat beberapa manfaat dari seseorang ketika mereka memilki self-esteem yang tinggi, yaitu sebagai berikut:
- Mereka menjadi terbiasa dan kuat ketika menghadapi penderitaan-penderitaan hidup, semakin sabar, dan dapat bertahan terhadap setiap tekanan-tekanan kehidupan, serta tidak mudah untuk menyerah maupun putus asa.
- Mereka juga akan semakin kreatif ketikaa bekerja
- Mereka mempunyai ambisi, yang bukan hanya tentang karier maupun dalam urusan keuangan, melainkan pada hal-hal yang dihadapi dalam kehidupan baik secara kreatif, emosional dan bahkan spiritual.
- Mereka ditandai dengan orang yaang memiliki harapan besar ketika membangun hubungan yang baik serta konstruktif.
- Mereka juga akan semakin menghormati serta bijak ketika memperlakukan orang lain, karena tidak menganggap orang lain sebagai ancaman (Branden, 1992).
Referensi
Baron, R. A., Byrne, D. (2004). Psikologi sosial (10th ed.). (Ratna Djuwita, Melania Meitty Parman, Dyah Yasmina, Lita P. Lunanta, Trans.). Jakarta: Erlangga (Karya asli diterbitkan tahun 2003).
Bracken, B. A. (1996). Handbook of self-concept: Developmental, social, and clinical considerations. New York, NY: John Wiley & Sons, Inc.
Branden, N. (1992). The power of self-esteem. Florida: Health Communications: Inc.
Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecendent of Self Esteem. San Fransisco:W.H Freeman and Company.
Guindon, M.H. (2010). Self Esteem Across The Lifespan. New York: Routledge Taylor & Francis Group.
Hidayat, K., & Bashori, K. (2016 ). Psikologi Sosial (aku, kami, dan kita). Jakarta: Erlangga.
Lawrence, D. (2006). Enhancing self-esteem in the classroom: Pine Forge Press.
Lutan, R. (2003). Self Esteem: Landasan Kepribadian. Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Organisasi dan Tenaga Keolahragaan Dirjen Olahraga Depdiknas.
McClure, A.C., Tanski, S.E., Kingsbury, J., Gerrard, M., Sargent, J.D. (2010). Characteristic s Associated with Low Self-esteem Among US Adolescents. Academic Pediatrics; Jul/Aug 2010; 20, 4; ProQuest.
Refnadi, Refnadi. 2018. Konsep Self-Esteem Serta Implikasinya Pada Siswa. Jurnal Educatio. Vol. 4. No. 1.
Rohmah, F. A. (2012). Pengaruh pelatihan harga diri terhadap penyesuaian diri pada remaja. HUMANITAS (Jurnal Psikologi Indonesia), 1(1), 53-63.
Santrock, J. W. (2007a). Perkembangan anak (11th ed.). (Mila Rachmawati, Anna Kuswanti, Penerj.). Jakarta: Erlangga (Karya asli diterbitkan tahun 2003).
Post a Comment